Abdul Somad: Pelaku Bom Bunuh Diri Tidak Mati Syahid

1510
UAS
Ustadz Abdul Somad (UAS) belakangan seringkali mendapatkan intimidasi.

Jakarta, Muslim Obsession – Ustadz Abdul Somad (UAS) menegaskan, pelaku teror bom bunuh diri di Surabaya, Jawa Timur, bukan kelompok orang yang mati syahid. Pasalnya dalam Islam tidak dibenarkan melakukan aksi bunuh diri dengan niat membunuh orang lain yang tak berdosa.

Menurut UAS, orang yang mati sahid adalah orang yang meninggal di medan perang melawan kaum kafir yang punya niat membinasakan Islam. Bukan di negeri yang damai seperti di Indonesia. Somad mencontohkan di Palestina melawan tentara zionis Israel.

“Kalau di Palestina, di wilayah perang mereka bunuh diri untuk menyerang Israel, itu baru mati syahid. Kalau yang dilakukan di Surabaya itu bukanlah mati sahid. Karena negeri kita ini negeri yang damai dan rukun antar umat beragama,” kata UAS saat memberikan ceramah di Riau, Selasa (15/5/2018).

UAS menyebutkan sahid di zaman nabi ketika tentara Islam kalah di perang Uhud. Saat itu Nabi mengatakan tentara Islam yang meninggal di tangan tentara kafir Quraish akan bertemu nabi di surga karena mati Sahid. Mendengar perkataan Nabi Muhammad SAW itu, maka semakin ramai tentara Islam yang berani menyongsong tentara kafir dan mati sahid.

UAS mengklarifikasi tentang video ceramahnya yang dipotong oleh pihak yang tak bertanggung jawab. UAS disebut telah memotivasi orang untuk bunuh diri. Padahal konteks video yang dipotong jelas tidak ada ajakan seseorang untuk bunuh diri.

“Video ceramah saya itu dipotong dan mengatakan Ustadz Abdul Somad telah memotivasi orang bunuh diri. Itu dalam konteks apa? Sahid kalau mati di medan perang melawan orang kafir yang hendak membinasakan Islam. Tapi tidak apa-apa. Saya anggap saja iklan gratis. Karena orang akan mencari video lengkap saya dan paham kalau saya bukanlah Ustaz yang radikal,” ujar UAS.

Kepolisian Daerah Jawa Timur menyebut korban tewas dalam teror bom di Surabaya dan Sidoarjo pada Ahad (13/5) dan Senin (14/5) berjumlah 28 orang, baik pelaku, petugas kepolisian, maupun masyarakat. Jumlah korban luka-luka dalam aksi terorisme tersebut sebanyak 57 orang, termasuk anggota keluarga yang diduga menjadi pelaku pengeboman.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, jenis bom yang digunakan para pelaku teror dalam serangkaian aksi di Surabaya dan Sidoarjo bermacam-macam. Namun demikian, kata Tito, bom yang digunakan di semua titik kejadian bentuknya hampir sama, yaitu menggunakan bom pipa.

“Tapi ada yang ditumpuk, ada yang ditambah jumlahnya, ada lagi yang ditambahkan bensin, seperti dalam kasus di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jalan Arjuno,” ujar Tito di Mapolda Jatim, Surabaya, Senin (14/5/2018).

Tito juga mengungkapkan, yang penemuan sementara dari Puslabfor, material bahan peledaknya adalah TATP (triacetone triperoxide). Bahan peledak tersebut menurutnya yang sangat dikenal di kelompok ISIS, terutama di Irak dan Suriah. Material ini terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here