Puan, KIB, dan Prabowo

342

Oleh: Abdul Malik (Direktur Center of Study for Indonesian Leadership (CSIL))

Sabtu 8 Oktober 2022, Puan Maharani(PM) Ketua DPR RI pewaris trah Soekarno didampingi elit PDI-P dan Airlangga Hartato (AH) didampingi Bambang Susetyo Ketua MPR RI dan petinggi Golkar lainnya sambil olah raga pagi mengadakan pertemuan di lapangan Monas.

Tentunya kita mafhum pertemuan tersebut sarat dengan muatan politik pencapresan.

PDI-P satu-satunya partai pemenang pemilu yang memenuhi syarat minimal 20 % presidential threshold tentunya ingin menang dalam pilpres 2024. Untuk itu Puan Maharani yang digadang-gadang menjadi capres mengajak partai lain untuk berkoalisi, di antaranya adalah Golkar.

Problem Golkar

Golkar saat ini bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB ) bersama PAN dan PPP yang dipersiapkan untuk wacana presiden tiga periode pada Pilpres 2024.

Namun sebagaian besar parpol koalisi dan parpol non koalisi menolak opsi tersebut, maka kandaslah wacana presiden tiga periode. Lalu dipasanglah Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah sebagai sebagai capres melalui KIB.

Airlangga Hartarto harus berani mengambil keputusan independen seperti yang dilakukan Surya Paloh (NasDem) keluar dari “orbit” Jokowi jika ingin maju capres atau cawapres.

Puan-Airlangga

Puan Maharani sebagai pewaris trah Soekarno (Orde Lama) dan Airlangga Hartarto Ketum Golkar pewaris Orde Baru adalah salah satu pasangan menarik jika disandingkan sebagai capres dan cawapres. Dengan demikian polarisasi Orde Lama dan Orde Baru akan redup.

KIB Pecah Kongsi

Jika PM dan AH ditakdirkan menjadi capres-cawapres, maka PAN dan PPP tidak cukup suara untuk mengajukan pasangan capres-cawapres. Dengan demikian Koalisi Indonesia Bersatu akan bubar dengan sendirinya dan kandas pula mimpi Ganjar Pranowo menjadi capres.

Kemungkinan besar PAN dan PPP akan bergabung dengan Anies Rasyid Baswedan (ARB) karena mayoritas akar rumput PAN dan PPP lebih mendukung ARB sebagai capres dibanding dengan bakal capres lainnya.

Prabowo Capres yang Merana

Sulit bagi Prabowo Subianto (PS) untuk mengharap PM (PDI-P) untuk menjadi cawapresnya, karena Ibu Megawati ini ingin melihat anaknya menjadi presiden mendatang. Maka tidak ada pilihan lain bagi PS menggaet Muhaimin Iskandar (Cak Imin) Ketum PKB menjadi cawapresnya.

PS juga kesulitan menarik AH (Golkar) untuk menjadi cawapresnya, karena AH berpikir lebih menguntungkan jika bergabung dengan PDI-P yang mempunyai suara lebih banyak daripada gerindra dan PDI-P solid di bawah kendali Megawati.

Sementara itu PS akan kehilangan dukungan dari umat Islam pendukung ijtima ulama yang habis-habisan mendukung Prabowo-Sandiaga Uno (SU) dalam pilpres 2019 dan kini mereka kecewa berat pada PS dan SU yang bergabung dalam koalisi Jokowi.

Jikapun PS dan Cak Imin maju sebagai capres-cawapres, sesungguhnya hanya menguntungkan Cak Imin dan PKB yang akan mendapat keuntungan menaikkan popularitas Cak Imin dan PKB sebagai cawapres dengan bantuan logistik yang memadai untuk memenangkan Pileg.

Harapan Demokrasi

Bila ditakdirkan Tuhan Yang Maha Kuasa, maka ke depan rakyat Indonesia mungkin akan menyaksikan tiga paslon capres-cawapres, yaitu Anies Baswedan, Puan Maharani, dan Prabowo dengan cawapresnya masing-masing.

Tentunya rakyat akan menyambut gembira Pilpres 2024 tanpa hiruk pikuk polarisasi politik dan perbedaan paham politik. Kita berharap Pileg kali ini lebih mengedepankan program-program kesejahteraan, keadilan dan kemajuan NKRI terbebas dari kekuasaan oligarki hitam. Semoga.

 


Tulisan Opini ini tidak mewakili kebijakan redaksi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here