Forjim Bongkar Penyesatan Opini Kaum Liberal tentang Konflik Rohingya

1925
Suu Kyi Silence
Pengungsi Rohingya pada 2012 silam. (AP Photo)

Jakarta, MuslimObsession.com – Forum Jurnalis Muslim (Forjim) kembali terlibat dalam Aksi Kemanusiaan Etnis Rohingya. Melalui Ketua Divisi Hubungan Antar Lembaga Forjim, Nuim Hidayat, Forjim memaparkan fakta dan data terkait Muslim Rohingya di media massa dalam gelaran Tabligh Akbar di Masjid Sa’id Na’um, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad pagi (10/9/2017).

Bersama Nuim, pada kegiatan yang bertajuk “Rohingya Panggilan Jihad Akhir Zaman” itu juga menghadirkan narasumber Ustadz Ziyad Muhammad (Pembina Hamas Tenabang) dan Ustadz Mukhlis (aktivis gerakan Islam dari Thoriquna).

Dalam makalahnya yang berjudul “Rohingya”, Nuim Hidayat yang juga redaktur wartapilihan.com ini memaparkan pemberitaan di Al Jazeera, dan Time.com dan pandangan Aung San Suu Kyi dan kaum liberal di Indonesia terkait informasi Muslim Rohingya.

Time menulis tentang sosok Ashin Wirathu, tokoh Biksu Budha yang selama ini dikenal sebagai “kompor” dalam Konflik Rohingya di Myanmar: “Wajahnya masih tenang dan tenang seperti patung, biksu Budha yang telah diberi nama “orang Burma bin Laden” memulai khotbahnya. Ratusan pemuja duduk di depannya, telapak tangan ditekan, keringat menetes diam di punggung mereka yang lengket.

Saat itu, orang banyak berbincang-bincang dengan pria berjejer berseragam merah anggur itu, mantra-mantra itu melayang melalui udara yang mengasyikkan dari sebuah kuil di Mandalay, kota terbesar kedua di Burma setelah Rangoon. Sepertinya pemandangan yang damai, tapi pesan Wirathu berderak karena benci. “Sekarang bukan waktunya untuk tenang,” kata pendeta berusia 46 tahun itu.

Sementara dia menghabiskan 90 menit untuk menjelaskan banyak cara di mana dia membenci kaum minoritas Muslim di tanah mayoritas Buddhis ini. “Sekarang saatnya untuk bangkit, membuat darahmu mendidih.”

Demikian pula Aung San Suu Kyi mengatakan, “Dunia keliru soal informasi krisis Rohingya”. Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi mengungkapkan, ada kekeliruan informasi yang sangat besar mengenai kekerasan di negara bagian Rakhine di Myanmar yang telah memaksa hampir 125 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.

Dalam sebuah pernyataan kantornya yang diposkan di laman Facebook-nya, peraih Nobel Perdamaian itu mengatakan, ia berbicara dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengenai krisis itu, Selasa (5/9/2017).

Pernyataan tersebut menyebutkan, Suu Kyi membahas sejumlah foto yang diunggah di akun Twitter wakil perdana menteri Turki. Foto-foto yang menunjukkan sejumlah Muslim Rohingya yang tewas itu belakangan terbukti tidak ada kaitannya dengan kekerasan yang sekarang terjadi.

Lalu Suu Kyi mengatakan, informasi palsu seperti itu mendorong kepentingan teroris – istilah yang digunakannya untuk menggambarkan kelompok pemberontak Rohingya yang melancarkan serangkaian serangan terhadap pos-pos keamanan sehingga memicu krisis tersebut.

Diberitakan, sedikitnya 400 orang tewas sejak kelompok yang menamkan diri mereka Tentara Pembebasan Arakan Rohingya (ARSA) melancarkan serangkaian serangan terhadap pos-pos polisi di Rakhine, yang menjadi kampung halaman kebanyakan kelompok minoritas Rohingya.

Polisi kemudian membalasnya dengan serangkaian serangan terhadap desa-desa untuk memburu para pemberontak itu. Dalam sebuah tragedi, pihak berwenang di Bangladesh mengatakan, sedikitnya lima orang tenggelam ketika perahu yang mengangkut sekelompok Rohingya terbalik, Rabu pagi, di perairan yang memisahkan kedua negara.

Aung San Suu Kyi juga menuduh adanya kampanye berita palsu soal Rohingya. Suu Kyi, menyebut foto-foto palsu tentang krisis Rohingya merupakan “puncak gunung es misinformasi yang dibuat untuk menciptakan banyak masalah antara komunitas berbeda dan untuk tujuan mengedepankan kepentingan teroris.”

Meski demikian, Suu Kyi sama sekali tidak menyebut eksodus besar-besaran komunitas Rohingya dari negara bagian Rakhine di Myanmar ke Bangladesh. Lebih lanjut, Suu Kyi mengklaim pihaknya melindungi semua pihak di negara bagian Rakhine. Bbcindonesia.com, 6/9/2017

Sementara itu BBC Indonesia memberitakan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah bertemu dengan Aung San Suu Kyi untuk membicarakan upaya penyelesaian masalah Rohingya.

Dalam pertemuan tersebut, Menlu menyerahkan Formula 4+1, yang isinya: Mengembalikan stabilitas dan keamanan; Menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan; Perlindungan kepada semua orang yang berada di negara bagian Rakhine, tanpa memandang suku dan agama; Pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan keamanan.

“Saya hadir di Myanmar membawa amanah masyarakat Indonesia, yang sangat khawatir terhadap krisis kemanusiaan di Rakhine dan agar Indonesia membantu,” jelas Menlu Retno kepada Aung San Suu Kyi, seperti tertulis dalam pernyataan pers Kementerian Luar Negeri Indonesia.

“Empat elemen pertama merupakan elemen utama yang harus segera dilakukan agar krisis kemanusian dan keamanan tidak semakin memburuk,” jelas Menlu RI.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here